Minggu Transfigurasi: Perjumpaan yang Mengubahkan Kehidupan (Keluaran 34:29-35; Lukas 9:28-36)

"Bapa sentuh hatiku, ubah hidupku menjadi yang baru
Bagai emas yang murni, Kau membentuk bejana hatiku
Bapa ajarku mengerti, sebuah kasih yang selalu memberi
Bagai air mengalir yang tiada pernah berhenti"

(Sentuh Hatiku - Maria Shandi)


Minggu Transfigurasi mengajak kita menyelami misteri iman, saat kemuliaan Allah dinyatakan melalui Yesus Kristus. Bacaan dari Lukas 9:28-36 dan Keluaran 34:29-35 membuka mata hati kita bahwa setiap perjumpaan dengan Allah mampu mengubah hidup manusia, baik secara kasat mata maupun tersembunyi dalam lubuk jiwa. 2 kisah menarik dari 2 bacaan ini yang bisa kita jadikan pelajaran dalam hidup beriman dalam menghayati peristiwa Transfigurasi.

Musa: Perjumpaan yang mengubahkan.
Ketika Musa turun dari Gunung Sinai, wajahnya bersinar tanpa ia sadari (Keluaran 34:29). Cahaya itu bukan sekadar pancaran fisik, melainkan bukti bahwa perjumpaannya dengan Allah telah mengubahkan dirinya dari dalam. Musa tidak perlu berkata banyak, sebab kemuliaan Allah telah memancar melalui dirinya.

Sering kali dalam hidup, kita lebih menyukai sesuatu yang instan, perubahan yang nyata dan langsung dapat dilihat. Padahal perjumpaan sejati dengan Allah lebih sering tidak nampak di permukaan secara instan, melainkan terjadi secara perlahan di kedalaman hati. Allah bekerja di ruang-ruang tersembunyi, membentuk kesabaran, kelembutan, dan kasih yang terus bertumbuh tanpa suara.

Yesus: Kemuliaan melalui jalan penderitaan.
Ketika Yesus naik ke gunung bersama Petrus, Yohanes, dan Yakobus untuk berdoa, kemuliaan-Nya dinyatakan di saat Ia berbicara tentang penderitaan yang akan dijalani (Lukas 9:29-31). Ini menunjukkan kepada kita bahwa kemuliaan Allah tidak hadir terpisah dari penderitaan, luka dan pergumulan, melainkan bersinar di tengah perjalanan yang penuh air mata.

Kita sering mendambakan kehidupan tanpa derita, tetapi peristiwa Transfigurasi mengajarkan bahwa kemuliaan Allah justru hadir di saat-saat kita hampir menyerah. Dalam diam dan doa, Allah menyentuh hati yang patah, memberi kekuatan untuk memaafkan meski luka masih terasa, menanam pengharapan saat masa depan terasa samar, dan menumbuhkan sukacita meski hidup berjalan dalam kesederhanaan.

Berjumpa dengan Allah dalam hidup sehari-hari.
Perjumpaan dengan Allah bukan hanya terjadi di puncak gunung, tetapi juga di lorong-lorong kehidupan yang sederhana. Saat kita menyapa sesama dengan kasih, mendidik anak-anak dalam kesabaran, setia dalam pekerjaan yang sering tak dilihat atau diperhitungkan orang lain, atau menolong mereka yang membutuhkan, di sanalah kemuliaan Allah bersinar.

Kemuliaan Allah tidak selalu tampak megah, tetapi nyata dalam tangan yang terus bekerja, hati yang terus mengasihi, dan langkah yang terus setia meski dunia menawarkan jalan pintas.

Datanglah, meski letih.
Hari ini, Allah menanti kita di tempat perjumpaan. Entah di ruang-ruang doa yang sunyi, di tengah pekerjaan yang melelahkan, atau di dalam pergumulan yang belum juga usai. Ia menanti kita datang dengan hati yang lelah, tangan yang kosong, dan iman yang hampir padam. Percayalah, setiap perjumpaan dengan Allah membawa perubahan, meski perubahan itu belum kita sadari. Datanglah, dan biarkan kasih-Nya mengubah hati kita perlahan-lahan, hingga hidup kita pun memancarkan cahaya kemuliaan-Nya.

Selamat merayakan Minggu Transfigurasi. Allah yang memanggil kita adalah Allah yang setia mengubahkan!

Komentar

Postingan Populer