Matius 21:33-46| Tanggung Jawab!
"Jika padaku ditanyakan
apa akan kusampaikan
pada dunia yang penuh dengan cobaan,
aku bersaksi dengan kata,
tapi juga dengan karya
menyampaikan kasih Allah yang sejati."
(Jika Padaku Ditanyakan - A. Simanjuntak)
Kurang lebih 1 bulan yang lalu saya membeli setelan jas melalui aplikasi belanja online karena rasanya lebih mudah daripada saya pesan di tukang jahit. Saya memesan dengan ukuran L yang ternyata ketika jasnya sampai di tangan saya, sangat teramat besar. Saya kemudian memutuskan untuk membawa ke tukang jahit dan meminta tukang jahit mengecilkan jas saya supaya bisa muat di badan saya. Hari itu total 4 tukang jahit yang menolak permintaan saya dengan alasan setelah melihat jas saya, jahitannya agak sulit untuk dirombak. Di tengah keputusasaan saya, saya menemukan penjahit kelima yang membuat saya merasa menemukan harapan. Penjahit kelima ini dengan begitu yakin mengiyakan permintaan saya untuk memperbaiki jas saya. Dengan penuh harap, saya mempercayakan seutuhnya jas saya untuk diperbaiki. 2 minggu berlalu dan jas saya sudah mereka dikecilkan. Tapi betapa kecewanya saya ketika mendapati jas saya bukan hanya kecil tetapi berantakan dan rusak. Saya menghubungi si tukang jahit dan mengatakan betapa saya kecewa sekali dengan hasil yang saya terima. Kepercayaan saya tidak direspon dengan rasa tanggung jawab yang baik.
Itu cerita saya tetapi saya yakin setiap kita punya cerita masing-masing tentang kepercayaan yang disia-siakan. Kepercayaan yang direspon dengan sikap yang tidak bertanggung jawab juga dilakukan oleh penggarap-penggarap kebun anggur dalam Matius 21:33-46.
Tuan Tanah dan Para Penyewa
Matius 21:33-46 bercerita tentang Tuan tanah yang membuka kebun anggur lengkap dengan segala fasilitasnya (membuat pagar keliling, lubang tempat memeras anggur, mendirikan menara jaga). Kemudian ia menyewakannya kepada para penyewa untuk merawat dan mengelola kebun itu agar menghasilkan buah anggur (ayat 33). Menjelang musim panen, tuan tanah meminta bagiannya (ayat 34). Namun bukan bagian yang terima, melainkan siksaan yang dialami para utusannya (ayat 35-36). Tidak puas menyiksa, para penyewa itu membunuh ahli waris pemilik kebun anggur itu (ayat 37). Kesalahan para penyewa kebun anggur sangat jelas terlihat. Alih-alih bersyukur atas anugerah itu, mereka justru melakukan pemberontakan. Perumpamaan ini sebenarnya Yesus sampaikan untuk menyindir ahli taurat, imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi yang tidak bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan.
Kepercayaan tidak direspon dengan sikap yang benar.
Setiap kita diberikan hak istimewa oleh Allah.
Kebun anggur itu dilengkapi dengan segala sesuatu (Pagar, alat pemeras anggur, menara jaga) demi memudahkan pekerjaan para penggarap. Allah tidak hanya memberikan tugas kepercayaan kepada para penggarap, tetapi juga memberi mereka kelengkapan untuk melaksanakan tugas tersebut.
Kita pun demikian. Masing-masing kita diberikan hak istimewa dari Allah untuk mengelola kebun anggur, mungkin kebun anggur yang Tuhan percayakan bukan tentang tanah berhektar-hektar yang di atasnya ada tanaman anggur. Tetapi bisa saja lahan kecil yang di atasnya berdiri sebuah keluarga, lahan kecil di mana kita bisa bekerja entah pekerjaan sebagai tukang ojek, tukang sapu jalan, cleaning service, pengusaha, pegawai swasta maupun pegawai pemerintahan. Lahan kecil di mana kita bisa melayani sebagai seorang pendeta, penatua dan diaken.
Setiap kita diperlengkapi oleh Allah untuk bekerja di lahan-lahan kecil ini, bekerjalah dan hasilkan buah.
Jangan menjadi seperti ahli taurat, imam-imam kepala, tua-tua bangsa Yahudi, yang lupa diri dan tidak bertanggung jawab atas anugerah dan kepercayaan yang diberikan Allah. Akan ada waktunya di mana Allah meminta pertanggungjawaban dari kita atas kepercayaan yang Ia berikan.
Para penggarap kebun anggur yang dipercayakan untuk mengelola kebun anggur tersebut pada akhirnya diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipercayakan kepada mereka.
Begitu pun kita. Pada akhirnya setiap kita akan diminta mempertanggungjawabkan apa yang Allah percayakan untuk kita kelola. Allah meminta hasil yaitu buah kerajaan, apa itu? Kasih, keadilan, kejujuran, kebaikan, damai sejahtera.
Kelola Kebun Anggur yang Tuhan Percayakan
Mari kita kelola kebun anggur kecil yang Tuhan percayakan bagi kita. Ketika Tuhan percayakan sebuah keluarga kepada kita, hasilkan buah-buah kerajaan bukan kekerasan, ketidak-jujuran, apalagi perselingkuhan. Ketika Tuhan percayakan pekerjaan kepada kita, kerjakan dengan baik, jujurlah (kalau itu bukan uang kita, jangan diambil), jangan terbiasa datang terlambat atau datang kerja hanya untuk finger print lalu pulang dan tidur, bekerjalah dengan baik. Ketika Tuhan percayakan kita untuk menjadi pelayan yang melayani Tuhan melalui jemaat-Nya, jadilah pelayan yang baik, rajin dan rendah hati supaya pelayanan kita bisa memberi dampak bagi setiap orang yang kita layani.
Semua yang ada pada kita hari ini bukanlah milik kita. Kita menerimanya dari Tuhan. Semua itu titipan untuk kita kelola. Kita hanyalah penggarap yang diberi wewenang oleh Allah. Mari kita kerjakan tugas dan tanggung jawab kita dengan baik. Juga, serahkan semua hasilnya kepada Allah.
Kiranya Roh Kudus menolong kita untuk melakukannya.
Komentar
Posting Komentar