Kejadian 3:1-5 | Taman Itu Bernama Bumi

Heal the world
Make it a better place
For you and for me, and the entire human race
There are people dying
If you care enough for the living
Make a better place for you and for me.

(Heal The World - Michael Jackson)



Dulu saat saya kanak-kanak, saya seringkali mendengar orang dewasa berbicara dan menjadikan kisah penciptaan dan kejatuhan manusia ke dalam dosa sebagai guyonan.

"Coba kalau dulu Hawa tidak terbujuk untuk makan buah yang dilarang Tuhan, pasti sekarang kita sedang santai-santai saja di taman Eden sambil menikmati hasil taman. Karena Hawa, makanya saat ini kita harus bekerja

Pekerjaan selalu dilihat sebagai hukuman atas manusia yang berdosa. Apakah anda juga berpikir demikian?

Saya seringkali membaca unggahan foto atau video yang berisi tulisan berseliweran di media sosial seperti  Facebook, Instagram, Twitter, Tiktok dan WhatsApp tentang bekerja. Jadi para pekerja akan bahagia ketika mereka sudah memasuki hari Jumat, sampai-sampai ada istilah TGIF (Thank God It's Friday). Tetapi ketika akhir pekan telah usai dan akan memasuki hari Senin, hari di mana orang kembali bekerja, muncul lagi istilah I Hate Monday. Namun apakah benar, pekerjaan adalah hukuman Allah bagi manusia? 

Teologi Kerja: Allah Merancang Manusia Bekerja dan Kerja adalah Anugerah.

Dalam Kejadian pasal 1 kita melihat bagaimana Allah digambarkan sebagai pekerja. Allah adalah aktor utama dalam narasi penciptaan. Alkitab mengatakan bahwa semua yang dikerjakan Allah baik adanya. Oleh sebab itu dalam pasal 2, Alkitab mencatat bahwa Allah sendirilah yang merancang manusia untuk bekerja. Itulah sebabnya secara naluriah, manusia butuh bekerja. 

Allah kemudian membuat sebuah taman di Eden dan menempatkan manusia di dalamnya dengan tujuan agar manusia bekerja, mengusahakan dan memelihara taman itu (2:8). Dalam bahasa Ibrani, Eden memiliki arti menyenangkan. Makna Eden ini membawa kita pada pemahaman bahwa tinggal di dunia dan bekerja di atas bumi (memelihara bumi) adalah suatu pengalaman yang mendatangkan kebahagiaan dan keceriaan. Inilah tujuan Allah menciptakan manusia, bukan untuk hura-hura melainkan untuk bekerja.

Melalui pekerjaan, manusia menjadi rekan sekerja Allah dalam memelihara segenap ciptaan. Artinya pekerjaan adalah anugerah yang diberikan Allah kepada manusia dan bukan hukuman dari Allah. Oleh sebab itu, bersyukurlah untuk setiap pekerjaan yang bisa kita nikmati saat ini. Entah sebagai ibu rumah tangga, pekerja kantoran, pengusaha, pelayan masyarakat, petugas kesehatan, tukang sapu jalan, cleaning service, dan masih banyak lagi. Ketika kita bekerja, sekecil apapun pekerjaannya, tanpa kita sadari kita telah menjadi rekan sekerja Allah di atas bumi tempat kita berpijak.

Ketika Pekerjaan Menjadikan Manusia Seteru Allah: Menguasai Bukan Mengusahakan, Merusak Bukan Memelihara.

Narasi manusia jatuh ke dalam dosa dalam teks Kejadian 3:1-5 menunjukkan kepada kita bahwa pekerjaan yang semula adalah anugerah Allah yang mendatangkan sukacita pun dapat berubah menjadi kutuk dan menyusahkan kita. Hal yang perlu kita pahami di sini adalah bahwa tidak semua pekerjaan mengantarkan kita untuk menjadi sekutu Allah, ada juga pekerjaan yang menjadikan kita seteru Allah. Hal pokok yang merusak nilai dan harga pekerjaan manusia yang adalah anugerah Allah adalah karena manusia salah paham tentang Allah dan terkecoh dengan si iblis dalam wujud ular.

Allah berfirman kepada Adam: "Semua pohon dalam taman itu boleh kau makan buahnya dengan bebas." (2:16). Tetapi kemudian ular berkata kepada Hawa: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya”. (3:1)

Tuhan berpesan: “Tetapi pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (2:17). Iblis berbicara sebaliknya: “sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (3:5).

Kedua pernyataan di atas benar-benar berbeda dan berbanding terbalik.

Di awal Allah memberikan mandat kepada manusia untuk mengatur diri sendiri, sungguh sebuah perintah yang mendatangkan sukacita. Namun kemudian ketika ular datang, ia mengubah sukacita menjadi dukacita. Perintah Allah yang memberi kebebasan ia ganti dengan larangan. Allah mengatakan: "Ya!" Iblis menggantikannya dengan "Jangan!"

Sejatinya, dosa menunjuk pada keadaan di mana apa yang di-iya-kan oleh Allah, diubah menjadi tidak. Dan apa yang oleh Allah dibilang tidak, di-iya-kan oleh manusia. Manusia bebas melakukan apa saja dalam taman di Eden. Hanya satu yang Tuhan minta. Ia tidak boleh menyentuh pohon yang satu itu. Tapi, justru di sinilah persoalan dimulai. Manusia pada dasarnya membenci pembatasan.

Jangankan orang dewasa, anak-anak pun benci adanya pembatasan. Oleh sebab itu kita sering melihat anak-anak yang disuruh tidur siang sama orang tuanya, tapi memilih untuk bermain. Rasanya ingin bilang ke anak-anak: 

"nak, kalau orangtuamu suruh tidur siang, tidurlah. Karena tidur siang adalah sesuatu yang mahal ketika kamu dewasa. 

Ini untuk menunjukan kepada kita bahwa manusia tidak suka dengan adanya batasan bahkan untuk hal-hal yang kecil. Makanya manusia pun memberontak terhadap Allah. Padahal kalau dipikir-pikir ya, mereka mempunyai segala sesuatu yang mereka butuh, tetapi mereka tidak memiliki semua yang mereka suka. Memperoleh segala sesuatu itu adalah anugerah. Tetapi rasanya belum cukup. Manusia mau lebih dari itu. Ia ingin menguasai semua, menjadi kepala atas segala sesuatu. Ia tidak ingin ada di pinggiran, makan dari buah pohon-pohon yang tumbuh di kiri dan kanan, muka dan belakang taman Eden. Ia mau berdiri di tengah-tengah. Ia mau masuk sampai ke tengah-tengah taman itu untuk makan dari pohon yang dilarang oleh Allah. Manusia tidak mau berdiri di pinggiran dalam menerima segala sesuatu. Ia mau berdiri di tengah-tengah, ia ingin menjadi yang utama dalam menguasai semua yang ada, termasuk menguasai Allah. Itulah yang menyebabkan hidup di dunia menjadi rusak dan menyebabkan pekerjaan berkurang nilainya, manusia tidak lagi menjadi sekutu Allah melainkan seteru.

Dosa dan kehancuran bermula dari keinginan manusia untuk tidak hanya memperoleh segala sesuatu, tetapi menguasai segala hal. Coba pertimbangkan hubungan pernyataan saya ini dengan kenyataan kerusakan ekologi, dan praktek korupsi yang terjadi di negara kita saat ini. 

Taman Itu Bernama Bumi.

Jika berkenan, anda bisa mengakses link ini: https://www.youtube.com/watch?v=xtf1eHBlh14

Video berdurasi 3 menit dan 9 detik di atas hendak memberitahukan kepada kita bahwa peperangan, bencana-bencana alam serta perubahan iklim yang cukup signifikan kita rasakan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa bumi yang kita diami sedang tidak baik-baik saja. Penebangan hutan, sampah plastik di mana-mana, limbah serta pemanfaatan teknologi yang tidak bertanggung jawab menjadikan bumi kita sakit. Hari ini  (22 April) seluruh dunia memperingati Hari Bumi Sedunia, di mana Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia. Mengingat bumi yang kita diami semakin hari semakin rusak akibat aktivitas manusia yang tidak bertanggungjawab. Hari Bumi ini kita diajak untuk menghayati panggilan kita sebagai manusia untuk menyadari tugas dan tanggungjawab kita dalam memelihara bumi yang adalah ciptaan Allah.

Mungkin taman yang kita pijak saat ini bukan Eden, tapi bumi. Di bumi kita menikmati udara yang kita hirup, makanan yang kita makan serta air yang kita minum. Segala sesuatu kita dapatkan dari bumi. Kita ditempatkan Tuhan di taman yang bernama bumi bukan untuk hura-hura dan merusak bumi, melainkan untuk bekerja dalam mengusahakan dan memelihara seluruh ciptaan. Apapun pekerjaan kita yang mendatangkan keburukan dan penyakit bagi bumi, bertentangan dengan tujuan Allah ketika menjadikan manusia sebagai rekan sekerjanya. 

Pepatah mengatakan seribu langkah dapat dicapai ketika kita memulai dengan satu langkah kecil. Mari kita selamatkan bumi  hal-hal terkecil seperti mengurangi penggunaan sampah plastik: Disiplinkan diri untuk berbelanja membawa tas belanja sendiri tidak lagi menggunakan kantong plastik, membawa botol minum/tumbler untuk menghindari minuman kemasan; Mengurangi perilaku konsumtif: baik terhadap apa yang kita makan (mengurangi sampah makanan yang menjadi persoalan bangsa ini) dan juga terhadap apa yang kita pakai (limbah tekstil menjadi pencemaran air terbesar kedua di Indonesia).

Sobat, bekerja bukanlah hukuman. Bekerja adalah anugerah yang Allah berikan bagi manusia.
Bekerjalah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dari Allah. Jika manusia pertama bekerja tidak sesuai SOP karena ingin menguasai seluruh ciptaan bahkan menguasai Allah, Sang pencipta dengan berjalan memasuki tengah-tengah taman untuk mengambil buah yang dilarang. Maka biarlah kita bekerja sesuai SOP-nya Tuhan Allah dengan bersedia berdiri di pinggiran taman, menikmati hasil taman serta bekerja untuk memelihara taman yang kita sebut BUMI. 

Bumi seperti apa yang akan kita wariskan kepada generasi kita selanjutnya, semuanya ada di tangan kita saat ini. Mari bekerjalah dengan baik agar kita menjadi rekan sekerja Allah di dalam taman yang Allah percayakan untuk kita jaga. Kiranya Roh Kudus senantiasa menolong kita!

Selamat Hari Bumi!

Komentar

Postingan Populer