Pengkhotbah 3:1-13 | God's Perfect Timing
Waktu Tuhan, bukan waktu kita
Jangan sesali keadaannya
Untuk semua ada waktu Tuhan
Tetap setia mengandalkan-Nya
(Waktu Tuhan, Maria Shandi)
Di awal tahun ini kita dikejutkan dengan berbagai peristiwa alam yang mengundang duka bagi mereka yang mengalaminya. Mulai dari bencana banjir dan longsor sampai pada peristiwa gempa yang terjadi bukan hanya di Indonesia melainkan di negara lain.
Saya sempat melihat di TikTok, seorang perempuan asal Turki yang sedang asik melakukan panggilan video bersama teman-temannya. Sebelum gempa datang, di video tersebut terlihat betapa mereka bisa tertawa bersama namun berselang beberapa menit kemudian yang terdengar hanyalah teriakan dan suara tangisan dari perempuan ini dan beberapa suara dari keluarganya yang terdengar panik.
Saya meyakini bahwa orang-orang yang terkena dampak bencana, di awalnya mungkin tidak pernah berpikir bahwa ada masalah besar yang akan datang dalam hidup mereka. Anak-anak mungkin masih bisa bermain bersama teman-temannya dengan penuh sukacita atau pun orang dewasa dengan segala kesibukan mengenai rencana mereka di hari itu, sampai ketika bencana datang dan mengambil hidup serta sukacita mereka dan orang-orang yang mereka kasihi.
Ada satu kesimpulan umum dari setiap peristiwa yang terjadi:
Rancangan manusia untuk mengalami sukacita bisa berubah dukacita. Manusia bisa saja merencanakan dengan begitu seksama, namun kehidupan senantiasa menghadirkan kejutan-kejutan tertentu yang tidak kita duga sebelumnya.
Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal. Demikianlah pengkhotbah membuka rangkaian penjelasan pengalaman kehidupan manusia. Jika kita perhatikan, ada 14 set (7 x 2) kontras kehidupan manusia yang merupakan gambaran utuh kehidupan manusia. (3:1-8)
Membunuh versus menyembuhkan.
Merombak versus membangun.
Menangis versus tertawa.
Meratap versus menari.
Membuang versus mengumpulkan.
Memeluk versus menahan diri dari memeluk.
Mencari versus membiarkan rugi.
Menyimpan versus membuang.
Merobek versus menjahit.
Berdiam versus berbicara.
Mengasihi versus membenci.
Perang versus damai.
Ini pun akan berlalu.
Tangan Tuhan turut bekerja dalam hidup setiap manusia.
Jangan lewatkan kesempatan.
Lahir versus mati.
Menanam versus mencabut.Membunuh versus menyembuhkan.
Merombak versus membangun.
Menangis versus tertawa.
Meratap versus menari.
Membuang versus mengumpulkan.
Memeluk versus menahan diri dari memeluk.
Mencari versus membiarkan rugi.
Menyimpan versus membuang.
Merobek versus menjahit.
Berdiam versus berbicara.
Mengasihi versus membenci.
Perang versus damai.
Pengkhotbah ingin menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan yang kita jalani itu, bergerak dari satu kutub peristiwa yang menyenangkan ke peristiwa yang menyedihkan; demikian pula sebaliknya.
Ada sebuah cerita rakyat Yahudi yang cukup terkenal mengenai cincin raja Salomo. Pada suatu hari raja, Salomo yang terkenal dengan kebijaksanaannya memanggil semua orang bijak di seluruh penjuru wilayah kekuasaannya untuk mencari upaya penyembuhan akan stres dan depresi. Berbulan-bulan mereka merenung untuk mencari tahu solusi yang tepat untuk disampaikan kepada sang raja. Pada akhirnya mereka mengusulkan untuk membuat sebuah cincin yang dapat digunakan setiap saat dengan tulisan di dalamnya agar setiap kali raja merasa tertekan dan depresi, raja melihat apa yang tertulis di cincin tersebut, maka setelah itu hati raja akan kembali tenang dan bergembira. Raja setuju dengan usulan tersebut dan meminta tukang emas tua untuk membuat cincin tersebut padanya.
Si tukang emas tua itu membuat cincin dan menuliskan apa yang penting untuk ditulis di cincin emas tersebut. Singkat cerita, tibalah saatnya si tukang emas ini menyerahkan cincin emas tersebut kepada raja. Kalimat yang tertulis di cincin tersebut, berbunyi:
"Gam Zeh Ya'avor"
Kalimat ini memiliki makna "ini pun akan berlalu". Pada awalnya sang raja tidak begitu paham maksud kalimat tersebut sampai suatu ketika raja menghadapi persoalan kerajaan yang pelik, ia pun membaca tulisan di cincin itu dan ia pun menjadi lebih tenang. Ini pun akan berlalu. Dan ketika ia sedang bersenang-senang dalam hidupnya, ia pun tidak sengaja membaca kalimat tersebut dan menjadi rendah hati serta mawas diri kembali.
Tidak ada sesuatu yang bertahan selamanya.
Jika anda saat ini sedang berada dalam situasi yang menyedihkan; keluarga yang terus menerus bergumul dengan persoalan yang berat, gagal dalam pekerjaan, jodoh yang belum juga terlihat, skripsi atau tesis yang tak kunjung selesai serta kondisi ekonomi yang terus menerus memburuk.
Bersabarlah karena sukacita akan segera mewarnai kehidupan Anda. Tak ada airmata yang abadi. Demikian juga, ketika saat ini kita bisa tertawa bersama, ingatlah bahwa saat untuk menangis barangkali sudah menanti di depan mata. Tak ada suatu pengalaman kehidupan, baik atau buruk, yang bertahan selamanya. Bersiaplah!
Tangan Tuhan turut bekerja dalam hidup setiap manusia.
Di dalam perjalanan kehidupan dari satu kutub peristiwa yang menyenangkan ke kutub peristiwa yang menyedihkan atau sebaliknya, ada suatu hal yang sering kita lewatkan.
"Pekerjaan tangan Tuhan dalam hidup kita"
Pengkhotbah berkata: Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.(3:11)
Lewat pernyataan di atas pengkhotbah ingin menegaskan dua hal. Penegasan yang pertama menunjukkan ada jaminan bahwa kita tidak pernah sendiri dalam menjalani hidup ini. Tangan Tuhan turut menyertai kita melewati peristiwa demi peristiwa hidup.
Tuhan ada di saat bahagia, pun juga ketika kita berderai air mata.
Tuhan ada di saat kita diterima dengan pelukan hangat, pun juga ketika kita ditolak dengan pengkhianatan.
Penegasan yang kedua yang cukup nyata kita rasakan adalah bahwa kita tidak dapat menyelami pekerjaan yang Allah lakukan dari awal sampai akhir. konsekuensinya bagi kita adalah kita tidak selalu punya jawaban untuk pertanyaan seperti: “Tuhan, mengapa Engkau mengijinkan hal ini terjadi!”
Di dalam ketidaktahuan lebih baik berdiam diri dan percaya bahwa Tuhan sudah atur semuanya indah dan sempurna. Lalu bagaimana kita seharusnya menjalani hidup yang kita sendiri pun tak selalu menemukan jawaban atas setiap peristiwa?
“Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka. Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.” (3:12-13)
Dalam masyarakat Yunani wacana tentang waktu umumnya ada dua macam. Pertama, apa yang disebut dengan kronos, yakni urutan dari detik ke menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan seterusnya. Kronos dipahami sebagai deretan peristiwa dari awal sampai akhir. Untuk wacana tentang waktu yang pertama ini, kita memiliki kata yang tidak asing di telinga kita yaitu kronologi. Sedangkan wacana waktu yang kedua disebut kairos, atau yang lebih populer diterjemahkan dengan “kesempatan”. Dalam rentetan peristiwa yang terjadi, misalnya dari lahir sampai meninggalnya seseorang, pastilah terdapat kesempatan-kesempatan orang itu untuk bertumbuh, sukses, dan menjadi bahagia.
Inilah yang dimaksudkan pengkhotbah.
Ada beberapa peristiwa yang tidak kita pahami dalam hidup. Tidak ada jawaban pasti kenapa ini begini dan itu begitu. Namun pengkhotbah ingin mengingatkan kita bahwa dalam setiap peristiwa yang terjadi, jangan sampai kita melewatkan kairos atau kesempatan. Pengkhotbah mengajak kita untuk menikmati apa yang masih kita bisa nikmati (makan, minum dan kesenangan lain), sambil mengingat bahwa kesempatan untuk menikmati kesenangan hidup adalah pemberian Allah. Gunakan kesempatan sebaik mungkin.
Diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk bekerja, bekerjalah dengan baik.
Diberikan kesempatan untuk bersekolah dan menimba ilmu, gunakan kesempatan itu untuk belajar dengan baik.
Diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk merasakan sakitnya dikhianati. Nikmatilah dan jadikan itu kesempatan untuk menjadi lebih bijak dalam menjalin relasi dengan orang lain.
Diberikan kesempatan untuk mengurus orangtua atau pun anak, urus dan jagalah mereka dengan baik.
Hari ini adalah pemberian paling berharga yang Tuhan anugerahkan bagi kita. Jalanilah hari ini dengan baik dan teruslah mengimani bahwa Tuhan akan terus menyertai hidup kita meskipun kadang tidak dapat kita pahami. Percayalah pada waktu Tuhan!
Kiranya Roh Kudus memampukan kita untuk menjalani hari ini dengan baik.
Komentar
Posting Komentar