Lukas 9:26-38 | Metamorfosis
Tidak ada kemuliaan tanpa penderitaan salib.
Ketika mengikuti kelas Biologi, metamorfosis adalah salah satu peristiwa biologis yang luar biasa bagi saya. Pengalaman menarik ketika melihat ulat perlahan-lahan berubah bentuk menjadi kupu-kupu yang cantik tentu saja melalui proses yang menyakitkan. Namun Alkitab juga mencatat pengalaman metamorfosis yang lebih luar biasa, seperti dalam Lukas 9:28-36 tentang perubahan rupa Yesus ketika Ia sedang berdoa di atas gunung dan dijumpai oleh dua tokoh penting dalam Perjanjian Lama, yaitu Musa dan Elia.
Penulis Injil Lukas menerangkan bahwa Musa dan Elia menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian Yesus yang akan digenapi-Nya di Yerusalem (9:31). Tujuan Yesus ke Yerusalem dengan jelas tertulis dalam perikop sebelumnya, Yesus sendiri mengatakan bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan, disiksa, ditolak, dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga (9:22).
Menariknya hanya Injil Lukas yang mencatat bahwa murid-murid Yesus, yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes sempat tertidur kemudian terbangun dan melihat kemuliaan Yesus bersama dengan Musa dan Elia di dekat-Nya. Bahkan Petrus secara gamblang menyatakan betapa bahagianya ia berada di atas gunung dan menyaksikan peristiwa tersebut (9:33). Rasa bahagia Petrus tentu dapat dipahami karena pengalaman yang disaksikan ketiga murid Yesus di atas gunung sangatlah berbeda dengan pengalaman yang mereka alami di bawah gunung. Di “bawah gunung”, Yesus dan para murid diperhadapkan dengan berbagai hal yang mungkin membuat mereka penat; ditentang oleh ahli taurat dan orang Farisi, mengajar dari satu kota ke kota yang lain, menyembuhkan orang sakit dan lain sebagainya. Kepenatan yang mereka alami di “bawah gunung” ini juga yang mungkin membuat mereka kelelahan dan tertidur. Namun inilah kehidupan yang sebenarnya, memandang kemuliaan Tuhan dibalik setiap kepenatan hidup yang kita hadapi. Jika dalam bacaan kita hari ini para murid tertidur dan hampir saja melewatkan peristiwa penting ketika Yesus dimuliakan di atas gunung, lalu apa kepenatan hidup kita hari ini sehingga membuat kita lelah dan tertidur kemudian melewatkan bagian terbaik yang Tuhan sediakan lewat setiap peristiwa hidup kita?
Hal menarik lainnya adalah ketika Petrus terlena dan lupa akan pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias yang harus menderita dan mati (9:20). Inilah yang mendorong Petrus terus berbicara menurut keinginan hatinya dengan menawarkan diri untuk mendirikan tiga kemah di atas gunung tersebut. Lalu apa yang terjadi? Sementara Petrus masih terus berbicara, awan muncul dan menyelimuti mereka, kemudian terdengar suara yang berkata:
"Ini Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia". (9:34)
Mendengarkan seseorang berarti memperhatikan dengan benar apa yang mereka katakan karena ada sesuatu yang penting tentang mendengarkan. Jika kita bersedia untuk mendengarkan, kita bersedia untuk diubah bahkan dengan proses yang tidak menyenangkan. Pernyataan “Inilah Anak-Ku yang Kupilih” diikuti dengan perintah “dengarkanlah Dia” menunjukkan kepada kita bahwa Bapa membenarkan jalan yang diambil oleh Yesus meskipun jalan-Nya membawa Ia pada peristiwa salib. Inilah yang harus didengarkan oleh para murid Yesus, bukan pendapat pribadi Petrus yang ingin melihat kemuliaan tanpa merasakan peristiwa salib. Hal ini berbanding terbalik dengan realita kehidupan yang kita jalani. Kita lebih senang mendengarkan keinginan kita dibandingkan mendengarkan apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita. Lebih senang menikmati keindahan “kemuliaan” sama seperti Petrus, tanpa ikut mengalami salib-Nya. Bukankah demikian?
Perjalanan salib memang berat dan tidaklah menyenangkan, namun setelah sejenak murid-murid Yesus mengalami pengalaman menakjubkan di atas gunung, tiba saatnya mereka turun gunung dan melanjutkan segala tugas dan tanggung jawab mereka di bawah gunung. Demikianlah seharusnya kita menjalani hidup. Tidak hanya terpana dengan keindahan surga, melainkan bersedia menghadapi suka-duka salib yang harus kita jalani setiap hari selama kita hidup di dunia ini. Tentu saja bersama Yesus. Karena sama seperti ulat yang dapat bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang cantik melalui proses yang menyakitkan, maka kita pun dapat diubahkan menjadi lebih indah jika kita belajar untuk mendengarkan Dia meskipun harus melewati jalan penderitaan karena di dalam penderitaan pun, kita dapat melihat kebaikan dan kemuliaan Tuhan. Selamat menghayati minggu transfigurasi ini dengan terus belajar mendengarkan Dia. Kiranya Roh Kudus menolong dan menguatkan kita.
Terima kasih untuk renungannya
BalasHapus